Minggu, 27 November 2016

Mendadak Jadi Guru atau Menggurui?



Mendadak Jadi Guru atau Menggurui?
Sebuah Tulisan Singkat yang Agak Sentimentil namun Tetap Berakal
Oleh: Kiki Noffitri

Tulisan ini berawal dari maraknya berita pernikahan dimedia sosial. Tulisan ini juga muncul dari kegelisah terhadap berita-berita tersebut. BBM, Fb, Ig, twitter, dll memuat berita mengenai pernikahan.

Saya tidak tahu apakah ini dapat disebut berita atau bukan. Menurut kamusnya orang Indonesia yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia, berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa hangat. Mungkin kita bisa menyebutnya informasi? Kembali kita menilik kepada KBBI bahwa yang dinamakan informasi adalah pemberitahuan; kabar atau berita tentang sesuatu.

Lalu, apa yang saya lihat dimedia sosial? Beberapa teman setelah menikah banyak mengekspos foto-foto bersama pasangannya. Hal itu tidak menjadi masalah, mungkin mereka merasa telah menjadi halal sehingga mereka banyak mengekspos kemesraan dimedia sosial. Aktivitas seperti itu tidak lain adalah untuk berbagi kebahagian dengan orang lain. Sang pengantin baru ingin berbagi kebahagiaan dengan orang-orang sekitar mereka. Mereka juga dengan tidak sengaja memberitahu orang-orang yang belum tahu hubungan mereka. Hal-hal seperti itu positif dan biasa saja.

Namun, apa jadinya kalau sang pengantin seketika berubah menjadi guru. Yah, lebih tepatnya menggurui. Pernah saya buka salah satu media sosial dan dia menuliskan bahwasanya jodoh tidak jauh dari sekitar kita. Permasalahannya bukan itu, tapi ia menuliskan “untuk apa pacaran lama-lama, lebih baik kenal beberapa bulan lalu menikah. Seperti saya yang kenal beberapa bulan lalu suami saya melamar. Lebih baik langsung menikah saja daripada pacaran berlama-lama”. Mungkin pembaca yang membaca tulisan ini pernah melihat hal-hal tersebut dimedia sosial, atau bahkan mendengar secara langsung.
Ya. Saya setuju apabila dengan tulisan orang tersebut. Barangkali ia ingin mengingatkan betapa pentingnya menikah daripada pacaran, dan mungkin orang tersebut tahu bahaya-bahaya berpacaran. Coba lihat dari sisi lain, apakah orang lain juga memiliki nasib seperti dia? Banyak pula yang berpacaran namun tidak kunjung menikah karena beberapa alasan bukan karena ingin terus-terusan pacaran. Beberapa alasan tersebut seperti belum siapnya batin, belum adanya dana, belum mendapatkan restu, atau lain sebagainya. Adapula yang tidak pernah pacaran dan tak kunjung menikah. Bukankah jodoh itu sudah ada yang mengatur? Jadi, sebentar lamanya pacaran, atau tidak pernah pacaran, atau yang baru kenal lalu malamnya langsung dilamar, sebenarnya sudah diatur. Jadi, tidak bisa menyamaratakan begitu saja. Yuk, tengok sisi lain dari kehidupan inu bukan tiba-tiba menggurui begitu saja.

Mungkin tidak sedikit yang sentiment terhadap pernyataan orang tersebut namun tidak sedikit pula yang setuju. Saya adalah salah satu di antara dua kelompok orang tersebut, entahlah yang mana. Mungkin pembaca bisa menilainya sendiri melalui tulisan saya ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Stephen Edelston Toulmin

 Sumber: google.com Tidak asing lagi seorang tokoh dunia yang sangat berpengaruh karena telah menyumbangkan ilmunya. Dia ada...