Sabtu, 26 November 2016

Makalah Wacana



Tugas Makalah
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Linguistik Umum
Dosen: Dona Aji Karunia P., M.A.




Disusun Oleh
Eka Hijriana
Fatimah
Kiki Noffitri
Serlinda Nurmala Shinta

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Jl. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat Tangerang 15412 Tlp: (021) 7401925



KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang bertema “WACANA”. Makalah ini dibuat guna memperkaya wawasan dan ilmu pengetahuan akan wacana yang sering kita temukan dalam kehidupan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Linguistik Umum.
            Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah linguistik umum Bapak Dona Aji Karunia yang telah memberikan tugas makalah ini, dan teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah yang kami buat dapat berguna bagi teman-teman dalam pemahaman terhadap wacana. Pembuatan makalah kami ini, masih dalam tahap pembelajaraan apabila terdapat kesalahan kami ucapkan permohonan maaf. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk pembuatan makalah yang lebih baik.



Jakarta, 30 Oktober 2012


Penyusun







DAFTAR ISI

Kata Pengantar                                                                                                                2
Daftar Isi                                                                                                                          3
I.          Pendahuluan                                                                                                             4
II.       Pembahasan                                                                                                              5
1.      Pengertian Wacana                                                                                         5
2.      Unsur-Unsur Wacana                                                                                      6
3.      Jenis-Jenis Wacana                                                                                          7
4.      Analisis Wacana                                                                                              9
III.    Penutup                                                                                                                     10
Daftar Pustaka                                                                                                                 11






















I.         PENDAHULUAN

I.          Latar Belakang
     Seringkali dalam berkomunikasi, membaca, atau bercakap-cakap ada topik atau hal yang dibicarakan. Entah itu topik yang serius atau hanya topik pembicaraan biasa. Dalam pembicaraan tersebut menggunakan kalimat yang baik dan benar namun terkadang menggunakan kalimat tidak baku, tergantung pada suasana pembicaraannya.
     Kenyataannya wacana sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak bisa lepas dari wacana. Saat berbicara, membaca berita, berinteraksi, dan pekerjaan apapun menggunakan wacana. Oleh karena itu, kami akan membahas materi mengenai wacana.

II.       Perumusan Masalah
     Dari uraian latar belakang masalah tersebut, maka kami merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Apa pengertian wacana?
2.      Apa saja unsur-unsur yang ada dalam wacana?
3.      Apa saja jenis-jenis wacana?
4.      Bagaimana cara menganalisis wacana?

III.    Tujuan Penulisan
     Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Linguistik Umum dari dosen pembimbing Bapak Dona Aji Karunia P.,M.A. Tujuan lain pembuatan makalah agar teman-teman dapat lebih memahami wacana secara jelas.

IV.    Metode Penulisan
     Metode yang kami pergunakan yaitu dengan cara mengambil beberapa materi dari buku-buku referensi Linguistik Umum yang berkaitan dengan pokok pembahasan dari makalah ini.





II.      PEMBAHASAN

1.         Pengertian Wacana
     Wacana berasal dari bahasa Inggris discourse, yang artinya antara lain “Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya.” Pengertian lain, yaitu “Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.” Jadi, wacana dapat diartikan adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau logis. Dalam wacana setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan.
     Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hiearki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.[1] Dalam wacana terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan). Berarti wacana itu dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya. Dilihat dari segi linguistik wacana adalah unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat.
     Menurut Alwi dan kawan-kawan, wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan dan menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan membentuk satu kesatuan.











 2.         Unsur-unsur Wacana
2.1   Unsur-unsur internal wacana
2.1.1    Tema, yaitu pokok pembicaraan yang ada dalam sebuah wacana lisan maupun tulisan.
2.1.2    Unsur bahasa, yaitu kata, klausa, frase, dan kalimat.
2.1.3    Teks dan koteks. Istilah teks lebih dekat pemaknaannya dengan bahasa tulis, dan wacana bahasa lisan. Dalam konteks ini, teks dapat disamakan dengan naskah. Sedangkan istilah koteks adalah teks yang bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainnya, teks yang satu memiliki hubungan dengan teks lainnya.
2.1.4    Makna dan maksud
2.1.5    Kohesi dan koherensi
Kohesi adalah keserasian hubungan unsur yang satu dengan unsur yang lain tidak selalu memiliki  pertalian semantik.
Koherensi adalah pertalian semantik antara unsur yang satu dan unsur lain dalam wacana.[2]
2.2   Unsur-unsur eksternal wacana adalah sesuatu yang menjadi bagian wacana, namun tidak nampak eksplisit. Sesuatu itu berada di luar satuan lingual wacana. Kehadirannya berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Analisis dan pemahaman terhadap unsur-unsur tersebut dapat membantu pemahaman tentang suatu wacana.
2.2.1    Implikatur adalah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu yang “berbeda” tersebut adalah maksud pembicara yang dikemukakan secara eksplisit. Dengan kata lain, implikatur adalah maksud, keinginan, atau ungkapan-ungkapan hati yang tersembunyi.
2.2.2    Istilah presuposisi adalah perkiraan, persangkaan, atau rujukan. Dengan kata lain presuposisi adalah anggapan dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa yang membuat bentuk bahasa menjadi bermakna bagi pendengar/pembicara.
2.2.3    Referensi adalah hubungan antar kata dengan benda (orang, tumbuhan, buku, sesuatu lainnya) yang dirujuknya. Referensi merupakan perilaku pembicara/penulis.
2.2.4    Inferensi berarti kesimpulan. Dalam bidang wacana inferensi berarti sebagai proses yang harus dilakukan pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah  tidak terdapat di dalam wacana yang diungkapkan oleh pembicara/penulis.

3.         Jenis-jenis Wacana
1.        Menurut fungsi bahasa Menurut Leech
1.1    Wacana ekspresif, adalah apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai sarana ekspresi, seperti wacana pidato.
1.2    Wacana fatis, adalah apabila wacana itu  bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikas, seperti wacana perkenalan pada pesta.
1.3    Wacana informasional, adalah apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informas, seperti wacana berita dalam media massa.
1.4    Wacana estetik, adalah apabila wacana itu bersumber pada pesan, seperti wacana puisi dan lagu.
1.5    Wacana direktif, adalah apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah.
2.        Berdasarkan bentuk
2.1    Wacana drama adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam bentuk dialog, baik secara tertulis maupun secara lisan
2.2    Wacana puisi adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi secara lisan maupun tulisan.
2.3    Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa, seperti novel, skripsi, tesis, artikel, dan lain-lain
2.3.1        Wacana naratif bersifat menceritakan sesuatu topik atau hal
2.3.2        Wacana deskriptif adalah karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan pengalaman penulisnya.
2.3.3        Wacana ekspositoris adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya.
2.3.4        Wacana argumentatif adalah wacana yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis.
2.3.5        Wacana persuasif adalah wacana yang berisi ajakan, rayuan, bujukan, atau melarang.
2.3.6        Wacana hortatoris adalah wacana yang menjelaskan sebuah teori atau masalah secara komprehensif dengan tujuan mendorong orang lain melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
2.3.7        Wacana prosedural adalah wacana yang berisi tahap-tahap untuk menyelesaikan suatu aktivitas
3.        Berdasarkan saluran komunikasinya
3.1    Wacana lisan, memiliki ciri adanya penutur dan mitra tutur, bahasa yang dituturkan, dan alih tutur yang menandai giliran bicara.
3.2    Wacana tulis, ditandai adanya penulis dan pembaca, bahasa yang dituliskan dan penerapan sistem ejaan.
4.        Berdasarkan eksistensi/realitas:
4.1    Wacana verbal adalah bentuk komunikasi yang  disampaikan komunikator  kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral).
4.2    Wacana non verbal bentuk komunikasi non verbal diantaranya adalah, bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian seragam, warna dan intonasi suara.
5.        Berdasarkan jenis pemakaian:
5.1    Monolog adalah apabila dalam suatu komunikasi hanya ada satu pembicara dan tidak ada balikan langsung dari peserta yang  lain maka wacana yang dihasilkan
5.2    Dialog adalah apabila peserta dalam komunikasi itu 2 orang dan terjadi pergantian peran
5.3    Polilog adalah apabila jumlah peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran



4.         Analisis Wacana
          Dalam studi wacana kita tidak hanya menelaah bagian-bagian bahasa sebagai unsur kalimat, tetapi juga harus mempertimbangkan unsur kalimat sebagai bagian dari kesatuan yang utuh. Di Eropa penelitian wacana dikenal texlinguistics atau textgrammar. Analisa Wacana adalah analisa yang menentukan hubungan-hubungan yang terdapat antara kalimat-kalimat yang utuh (majemuk atau tunggal) dalam suatu teks yang utuh (contoh: karangan dalam surat kabar, atau pun suatu roman seluruhnya). Para ahli linguistik dewasa ini sering berpendapat bahwa kebanyakan hubungan antar kalimat dalam suatu teks tidak bersifat gramatikal; tetapi ada juga yang menyangsikan hal itu. Yang pasti bersifat gramatikal ialah penunjukan pronominal, yaitu bila suatu kata benda dalam kalimat tertentu disebutkan sekali lagi dalam suatu kalimat yang berikutnya dengan bentuk kata ganti.
          Klausa dalam kalimat majemuk dan kalimat dalam suatu teks tidak selalu mudah dibedakan. Pertama-tama ada masalah peranan interpungsi. Misalkan, kedua ujaran Ali kalah dalam pertandingan. Tetapi ia tidak mau mengakuinya. Memberi kesan bahwa ujaran tersebut terdiri atas dua kalimat (tunggal). Tetapi bagaimana bila ditulis seperti ini: Ali kalah dalam pertandingan, tetapi ia tidak mau mengakuinya. Tentu saja kita tidak boleh mendasarkan penafsiran atas bentuk ortografis ujaran-ujaran tersebut. Tetapi bentuk ortografis itu dapat mencerminkan ciri-ciri fonologis (suprasegmental) tertentu, misalkan sesudah kata pertandingan dapat ada jeda atau tidak, dan nada suara pada kata tersebut dapat turun atau tidak.[3]          Salah satu kajian wacana yang menonjol melalui kajian referensi dan inferensi. Prinsip penafsiran dapat pula terjadi melalui penafsiran lokal (temasuk ruang dan waktu), dan prinsip analogi dalam menafsirkan pengertian (makna) yang terkandung di dalam wacana. Prinsip penafsiran lokal menyatakan bahwa pesapa tidak membentuk konteks lebih besar yang diperlukan untuk menafsirkan makna wacana melalui pengunaan akal yang didasarkan atas pengalamannya. Unsur yang disebut koreferensi dapat berupa pronomina persona.



PENUTUP

Kesimpulan
            Kalimat bukanlah satuan sintaksis terbesar seperti banyak diduga atau diperhitungkan orang selama ini. Kalimat atau kalimat-kalimat ternyata hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih besar yang disebut wacana. Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal  merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
            Untuk membentuk wacana yang baik maka diperlukan unsur-unsur pembangunnya, seperti tema, unsur bahasa, konteks, kohesi dan koheren. Wacana juga memiliki jenis yang beragam sesuai dengan cara penyampaian ataupun situasi yang sedang berlangsung. Dalam suatu wacana bila kita telaah lebih lanjut kita dapat menganilis wacana tersebut, bagaimana bentuk ortografis dan ciri-ciri fonologisnya.













DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta:Rineka Cipta, 2012
Verhaar, J.W.M. Pengantar Linguistik. Yogyakarta:Gadjah Mada University,1995
Suhaebah, Ebah, dkk. Penyuihan Sebagai Alat Kohesi dalam Wacana. Jakarta: Pusat         Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,1996
Djajasudarma, Fatimah. Metode Linguistik. Bandung: PT Refika Adatama,2006


[1] Abdul Chaer, linguistik umum, (Jakarta:Rineka Cipta, 2012) hlm.267
[2] Ebah Suhaebah, dkk. Penyuihan Sebagai Alat Kohesi dalam Wacana. (Jakarta: Pusat  Pembinaan  dan Pengembangan Bahasa,1996) hlm. 8
[3] J.W.M, Verhaar. Pengantar Linguistik.(Yogyakarta:Gadjah Mada University,1995) hlm.104

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Stephen Edelston Toulmin

 Sumber: google.com Tidak asing lagi seorang tokoh dunia yang sangat berpengaruh karena telah menyumbangkan ilmunya. Dia ada...