Senin, 05 Desember 2016

Stephen Edelston Toulmin




 Sumber: google.com


Tidak asing lagi seorang tokoh dunia yang sangat berpengaruh karena telah menyumbangkan ilmunya. Dia adalah Stephen Edelston Toulmin atau kerap disingkat menjadi Stephen E. Toulmin atau Toulmin. Beliau adalah filsuf yang berasal dari Inggris.


Toulmin lahir di London 25 Maret 1922. Toulmin meraih gelar sarjana di bidang matematika dan fisika dari Universitas Cambridge pada tahun 1942. Setelah itu, ia dipekerjakan oleh Departemen Pesawat Produksi sebagai petugas ilmiah junior, pertama di Malvern Radar Research and Development Station dan kemudian di  the Supreme Headquarters of the Allied Expeditionary Force di Jerman. Setelah Perang Dunia II, ia kembali ke Inggris untuk mendapatkan gelar master dan Ph.D. dalam ilmu moral Cambridge University.

Pada tahun 1949, ia mulai mengajar filsafat ilmu di Universitas Oxford. Dia telah mengajar di berbagai universitas terkemuka di seluruh dunia, termasuk Melbourne University, Leeds University, Columbia University, Michigan State University, Brandeis University, University of California, Santa Cruz, serta University of Chicago dan Northwestern University.


Pemikiran-pemikirannya mengenai logika membuat ia mencetuskan suatu teori argumentasi, yang kemudian sekarang dikenal dengan nama Model Argumentasi Toulmin. Model argumentasi Toulmin ini terbagi menjadi enam yaitu klaim, data, warrant, qualifier, dukungan, dan pengecualian. Keenam struktur argumentasi Toulmin ini tertera di dalam bukunya yang berjudul The Uses of Argument. Di dalam buku ini, Toulmin menyelidiki kelemahan logika tradisional, mempertahankan bahwa beberapa aspek dari argumen dapat bervariasi dari lapangan ke lapangan, sementara aspek lain konsisten di seluruh bidang. Toulmin juga mengatakan bahwa kebenaran bisa relatif. Konteks sejarah dan budaya harus dipertimbangkan.



Beliau menutup mata untuk selamanya diusianya yang ke-87 tahun pada tanggal 4 Desember 2009.

 Sumber: http://news.usc.edu/30124/In-Memoriam-Stephen-E-Toulmin-87/

Selasa, 29 November 2016

Sayang



Sayang.

aku. . .

dalam. . .

ke-sen-di-ri-an. . .

menatapmu. . .

tajam. . .

dalam. . .

gelap. . .

selamat. . .

malam. . .

sayang. . .

Manakala




Aku lelah
Manakala rintik hujan telah berubah menjadi hujan
Manakala hujan bercampur petir dan angin
Manakala hujan akhirnya menggenangi darat

Aku bosan
Manakala kau langkahkan kakimu
Manakala kau berlari
Manakala kau terjatuh dan berlari lebih kencang
Manakala kau semakin jauh dariku

Aku sakit
Manakala kau menjatuhkanku

Aku



aku ingin

aku lakukan

aku berhasil

aku gagal

aku disegani

aku dikucilkan

aku bahagia

aku sengsara

aku bangkit

aku terjatuh

aku. . .

Minggu, 27 November 2016

Pemulung=Pencuri?





Pagi ini…
Ribuan tetesan air hujan jatuh mengadu genting, memantul kededaunan, lalu berakhir diaspal, dan menyelinap diantara sela-sela retakan tanah yang tak beraturan, menyerap hingga melunakkannya. Kelompok semut rang-rang lari pontang-panting merayap mencari lubang-lubang dipepohonan yang tidak begitu tinggi agar tak terbawa arus.

Pagi ini hujan, untuk pertama kalinya setelah dua minggu lalu aku diguyur hujan dalam perjalananku menuju kampus. Sekitar pukul tiga pagi tadi, ku dengar suara petir menyambar dengan ganasnya membangunkanku dari tidur nyenyakku. Itu tidak membuatku membencinya. Membenci petir. Tidak. Berkat petir itu aku tersadar dari tidurku. Tuhan masih menyayangiku.

Pagi ini seperti pagi-pagi sebelumnya dengan rutinitas yang itu-itu saja. Yang bakal membosankan bila tidak diakali. Kita hidup mungkin untuk itu-itu saja.  Bertemu dengan orang itu-itu saja. Bekerja yang itu-itu saja. Pergi ke tempat itu-itu saja. Intinya melakukan yang itu-itu saja. Tidak membosankan atau agak membosankan sebenarnya, karena kalau sudah benar-benar bosan bersiaplah untuk meninggalkan dunia ini. Dunia yang kata kebanyakan orang adalah fana.
Seperti biasanya, bangun dari tidur kumandi, mengambil air wudhu, mengenakan pakaian, menggunakan mukena, lalu solat. Berhubung hari ini libur, aku putuskan untuk duduk santai mengutak-atik dokumen dilaptop sambil menikmati pisang goreng hangat buatan ibu ditemani rintik hujan di luar.

Terdengar samar-samar keributan dari luar, ya sekitar lima hingga enam meter dari tempatku duduk saat ini. Ternyata itu adalah suara ibu dan bapakku. Suara ribut itu bukan mempermasalahkan uang belanja yang kurang, atau bensin motor yang dipakai hingga habis, atau mengenai dengkuran bapak malam tadi, atau karena ibu belum mandi meski matahari sudah sedikit mengintip kami, atauuuuuuuuuuu atau karena ibu berbincang dengan lelaki muda depan rumah? Atauuuu karena bapak melirik wanita di depan rumah??? Bukan. Bukan itu. Kumpulan besi di depan pagar menghilang begitu saja. Entah sejak kapan. Padahal kemarin sore setelah maghrib, besi-besi itu masih duduk manis di atas tumpukkan genteng. Ya. Rumah ini sedang direnovasi. Menghilangnya besi, mendadak menjadi misteri. Namun, dengan cepat walau tak secepat kilat menyambar tadi subuh, ibu langsung berpendapat “Pasti pemulung.” Dengan cepat pula semua orang menyetujuinya. Mereka menjadi dongkol karena besi-besi itu adalah besi-besi pilihan yang masih bagus untuk digunakan hari ini. Namun apalah daya, yang hilang sulit untuk kembali apalagi tidak tahu siapa yang mengambil.

Misteri hilangnya besi bukan hanya hari ini. Apabila meletakkan barang di depan rumah, lebih tepatnya di luar pagar, barang hilang begitu saja. Anehnya, genteng-genteng di depan rumah sekitar 50 genteng, berhari-hari tidak ada yang mengambil. Mungkin karena berat hehe…
Saat itu juga ibu berbicara, “Pemulung sama saja dengan pencuri kalau tidak bilang-bilang.” Sapaan tetangga mengakhiri perbincangan misteri hilangnya besi pagi ini…
Kembaliku duduk di depan laptop, bukan untuk mengutak-atik dokumen di laptop, melainkan membuka lembaran baru dimicrosoft Word untuk menulis cerita ini. 

Salam Pisang Goreng Hangat yang Setia Menemaniku Menulis Pagi Ini ^_^

Entri yang Diunggulkan

Stephen Edelston Toulmin

 Sumber: google.com Tidak asing lagi seorang tokoh dunia yang sangat berpengaruh karena telah menyumbangkan ilmunya. Dia ada...