Ndoro Mas dan Ndoro Putri Homo Jakartensis dalam Kumpulan Esai Tiada Ojek di Paris

Oleh : Kiki Noffitri

Buku ini terdiri dari 44 esai yang membahas mengenai Jakarta dengan segenap permasalahan di dalamnya. Menurut catatan penulis esai, buku ini tersusun dari sejumlah kolom dalam Affair (2004), Kentut Kosmopolitan (2008), dan Djakarta free-mag sampai tahun 2013. Buku kumpulan esai ini diterbitkan pada tahun 2015 oleh penerbit Mizan Media Utama.

 

Esai paling tua adalah esai berjudul Manusia Jakarta, Manusia Mobil yang terbit tahun 2000 dalam majalah Djakarta!. Lalu, esai paling anyar berjudul Bukan Cengkareng/ Tetap Cengkareng pada tabloid Djakarta! pada September 2013. Berarti jelas bahwa di dalam kumpulan esai tersebut berisi permasalahan yang ada di ibukota dari tahun 2000-2013. Tidakkah itu waktu yang cukup panjang? Jika dilihat dari tahun terbit kumpulan esai ini, selang dua tahun dari tahun terakhir salah satu esai diterbitkan.

Bukankah permasalahan-permasalahan di dalam kumpulan esai tersebut masih relevan dengan Jakarta yang sekarang? Dimulai dari esai berjudul Manusia Jakarta, Manusia Mobil hingga Bukan Cengkareng/ Tetap Cengkareng mengulas permasalahan Jakarta. Gagalnya penataan ruang menyebabkan kemacetan yang menimbulkan budaya mobil lalu memunculkan ndoro mas dan ndoro putri yang ogah berjalan kaki, memunculkan anak-anak singkong yang berenang di air mancur taman, atraksi bajing yang berlenggak-lenggok di kabel listrik, hingga fenomena tradisi kontemporer yang mempertaruhkan nyawa setiap tahunnya.

Coba dipikirkan, sekarang 2016 sebulan lagi 2017. Bukankah masih sama saja permasalahan tersebut? Kendaraan tidak mengizinkan pejalan kaki menyeberang hingga merampas trotoar. Juga dibahas dalam esai Dasi Vs Sandal Jepit. Adanya kepentingan-kepentingan kelompok tertentu di dalam esai Bukan Cengkareng/ Tetap Cengkareng.

Bukankah semuanya masih relevan hingga 2016 menjelang 2017 ini? ^_^

Salam menjelang tahun baru ^_^