Tugas
Makalah
Dibuat
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Linguistik Umum
Dosen: Dona Aji
Karunia P., M.A.
Disusun
Oleh
Eka
Hijriana
Fatimah
Kiki
Noffitri
Serlinda
Nurmala Shinta
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Jl. Ir. H. Juanda No.95
Ciputat Tangerang 15412 Tlp: (021) 7401925
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur
kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang bertema “WACANA”. Makalah
ini dibuat guna memperkaya wawasan dan ilmu pengetahuan akan wacana yang sering
kita temukan dalam kehidupan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah
Linguistik Umum.
Kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen mata kuliah linguistik umum Bapak Dona Aji Karunia yang
telah memberikan tugas makalah ini, dan teman-teman yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Semoga makalah yang kami buat dapat berguna bagi
teman-teman dalam pemahaman terhadap wacana. Pembuatan makalah kami ini, masih
dalam tahap pembelajaraan apabila terdapat kesalahan kami ucapkan permohonan
maaf. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk pembuatan makalah yang lebih
baik.
Jakarta, 30 Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar 2
Daftar Isi 3
I.
Pendahuluan 4
II.
Pembahasan 5
1.
Pengertian
Wacana 5
2.
Unsur-Unsur
Wacana 6
3.
Jenis-Jenis
Wacana 7
4.
Analisis
Wacana 9
III. Penutup 10
Daftar
Pustaka 11
I.
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Seringkali dalam berkomunikasi, membaca,
atau bercakap-cakap ada topik atau hal yang dibicarakan. Entah itu topik yang
serius atau hanya topik pembicaraan biasa. Dalam pembicaraan tersebut menggunakan
kalimat yang baik dan benar namun terkadang menggunakan kalimat tidak baku,
tergantung pada suasana pembicaraannya.
Kenyataannya wacana sangat dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari, dan tidak bisa lepas dari wacana. Saat berbicara, membaca
berita, berinteraksi, dan pekerjaan apapun menggunakan wacana. Oleh karena itu,
kami akan membahas materi mengenai wacana.
II.
Perumusan
Masalah
Dari uraian latar belakang masalah
tersebut, maka kami merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.
Apa pengertian
wacana?
2.
Apa saja
unsur-unsur yang ada dalam wacana?
3.
Apa saja
jenis-jenis wacana?
4.
Bagaimana
cara menganalisis wacana?
III. Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah Linguistik Umum dari dosen pembimbing Bapak Dona Aji Karunia
P.,M.A. Tujuan lain pembuatan makalah agar teman-teman dapat lebih memahami
wacana secara jelas.
IV. Metode Penulisan
Metode yang kami pergunakan yaitu dengan
cara mengambil beberapa materi dari buku-buku referensi Linguistik Umum yang
berkaitan dengan pokok pembahasan dari makalah ini.
II. PEMBAHASAN
1.
Pengertian Wacana
Wacana berasal dari bahasa Inggris discourse,
yang artinya antara lain “Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang
teratur dan semestinya.” Pengertian lain, yaitu “Komunikasi buah pikiran, baik
lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.” Jadi, wacana dapat diartikan
adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau
logis. Dalam wacana setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan.
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap,
sehingga dalam hiearki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau
terbesar.[1] Dalam
wacana terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa
dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan).
Berarti wacana itu dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi
persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya. Dilihat dari segi
linguistik wacana adalah unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat.
Menurut Alwi dan kawan-kawan, wacana adalah
rentetan kalimat yang berkaitan dan menghubungkan proposisi yang satu dengan
proposisi yang lain dan membentuk satu kesatuan.
2.
Unsur-unsur Wacana
2.1
Unsur-unsur internal
wacana
2.1.1 Tema, yaitu pokok pembicaraan yang ada dalam sebuah wacana lisan maupun
tulisan.
2.1.2 Unsur bahasa, yaitu kata, klausa, frase, dan kalimat.
2.1.3 Teks dan koteks. Istilah teks lebih dekat pemaknaannya dengan bahasa tulis,
dan wacana bahasa lisan. Dalam konteks ini, teks dapat disamakan dengan naskah.
Sedangkan istilah koteks adalah teks yang bersifat sejajar, koordinatif, dan
memiliki hubungan dengan teks lainnya, teks yang satu memiliki hubungan dengan
teks lainnya.
2.1.4 Makna dan maksud
2.1.5 Kohesi dan koherensi
Kohesi adalah keserasian
hubungan unsur yang satu dengan unsur yang lain tidak selalu memiliki pertalian semantik.
Koherensi adalah
pertalian semantik antara unsur yang satu dan unsur lain dalam wacana.[2]
2.2
Unsur-unsur eksternal
wacana adalah sesuatu yang menjadi bagian wacana, namun tidak nampak eksplisit.
Sesuatu itu berada di luar satuan lingual wacana. Kehadirannya berfungsi
sebagai pelengkap keutuhan wacana. Analisis dan pemahaman terhadap unsur-unsur
tersebut dapat membantu pemahaman tentang suatu wacana.
2.2.1
Implikatur adalah ujaran
yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu
yang “berbeda” tersebut adalah maksud pembicara yang dikemukakan secara
eksplisit. Dengan kata lain, implikatur adalah maksud, keinginan, atau
ungkapan-ungkapan hati yang tersembunyi.
2.2.2
Istilah presuposisi
adalah perkiraan, persangkaan, atau rujukan. Dengan kata lain presuposisi
adalah anggapan dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks dan situasi
berbahasa yang membuat bentuk bahasa menjadi bermakna bagi pendengar/pembicara.
2.2.3
Referensi adalah
hubungan antar kata dengan benda (orang, tumbuhan, buku, sesuatu lainnya) yang
dirujuknya. Referensi merupakan perilaku pembicara/penulis.
2.2.4 Inferensi berarti kesimpulan. Dalam bidang wacana inferensi berarti sebagai
proses yang harus dilakukan pembaca untuk memahami makna yang secara
harfiah tidak terdapat di dalam wacana yang diungkapkan oleh
pembicara/penulis.
3.
Jenis-jenis Wacana
1.
Menurut
fungsi bahasa Menurut Leech
1.1 Wacana ekspresif, adalah apabila wacana itu bersumber pada gagasan
penutur atau penulis sebagai sarana ekspresi, seperti wacana pidato.
1.2 Wacana fatis, adalah apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar
komunikas, seperti wacana perkenalan pada pesta.
1.3 Wacana informasional, adalah apabila wacana itu bersumber pada
pesan atau informas, seperti wacana berita dalam media massa.
1.4 Wacana estetik, adalah apabila wacana itu bersumber pada pesan,
seperti wacana puisi dan lagu.
1.5 Wacana direktif, adalah apabila wacana itu diarahkan pada tindakan
atau reaksi dari mitra tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah.
2.
Berdasarkan
bentuk
2.1 Wacana drama adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk drama,
dalam bentuk dialog, baik secara tertulis maupun secara lisan
2.2 Wacana puisi adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi
secara lisan maupun tulisan.
2.3 Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa,
seperti novel, skripsi, tesis, artikel, dan lain-lain
2.3.1
Wacana
naratif bersifat menceritakan sesuatu topik atau hal
2.3.2
Wacana
deskriptif adalah karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil
pengamatan, perasaan dan pengalaman penulisnya.
2.3.3
Wacana
ekspositoris adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci
(memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas
pengetahuan kepada pembacanya.
2.3.4
Wacana
argumentatif adalah wacana yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap
suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan
yang logis.
2.3.5
Wacana
persuasif adalah wacana yang berisi ajakan, rayuan, bujukan, atau melarang.
2.3.6
Wacana
hortatoris adalah wacana yang menjelaskan sebuah teori atau masalah secara
komprehensif dengan tujuan mendorong orang lain melakukan atau tidak melakukan
sesuatu.
2.3.7
Wacana
prosedural adalah wacana yang berisi tahap-tahap untuk menyelesaikan suatu
aktivitas
3.
Berdasarkan
saluran komunikasinya
3.1 Wacana lisan, memiliki ciri adanya penutur dan mitra tutur, bahasa
yang dituturkan, dan alih tutur yang menandai giliran bicara.
3.2 Wacana tulis, ditandai adanya penulis dan pembaca, bahasa yang dituliskan
dan penerapan sistem ejaan.
4.
Berdasarkan
eksistensi/realitas:
4.1 Wacana verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis
(written) atau lisan (oral).
4.2 Wacana non verbal bentuk komunikasi non verbal diantaranya adalah,
bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian seragam, warna
dan intonasi suara.
5.
Berdasarkan
jenis pemakaian:
5.1 Monolog adalah apabila dalam suatu komunikasi hanya ada satu
pembicara dan tidak ada balikan langsung dari peserta yang lain maka wacana yang dihasilkan
5.2 Dialog adalah apabila peserta dalam komunikasi itu 2 orang dan
terjadi pergantian peran
5.3 Polilog adalah apabila jumlah peserta dalam komunikasi lebih dari
dua orang dan terjadi pergantian peran
4.
Analisis Wacana
Dalam studi wacana kita tidak hanya
menelaah bagian-bagian bahasa sebagai unsur kalimat, tetapi juga harus
mempertimbangkan unsur kalimat sebagai bagian dari kesatuan yang utuh. Di Eropa
penelitian wacana dikenal texlinguistics atau textgrammar. Analisa Wacana
adalah analisa yang menentukan hubungan-hubungan yang terdapat antara
kalimat-kalimat yang utuh (majemuk atau tunggal) dalam suatu teks yang utuh
(contoh: karangan dalam surat kabar, atau pun suatu roman seluruhnya). Para
ahli linguistik dewasa ini sering berpendapat bahwa kebanyakan hubungan antar
kalimat dalam suatu teks tidak bersifat gramatikal; tetapi ada juga yang
menyangsikan hal itu. Yang pasti bersifat gramatikal ialah penunjukan
pronominal, yaitu bila suatu kata benda dalam kalimat tertentu disebutkan
sekali lagi dalam suatu kalimat yang berikutnya dengan bentuk kata ganti.
Klausa dalam kalimat majemuk dan
kalimat dalam suatu teks tidak selalu mudah dibedakan. Pertama-tama ada masalah
peranan interpungsi. Misalkan, kedua ujaran Ali kalah dalam pertandingan.
Tetapi ia tidak mau mengakuinya. Memberi kesan bahwa ujaran tersebut
terdiri atas dua kalimat (tunggal). Tetapi bagaimana bila ditulis seperti ini: Ali
kalah dalam pertandingan, tetapi ia tidak mau mengakuinya. Tentu saja kita
tidak boleh mendasarkan penafsiran atas bentuk ortografis ujaran-ujaran
tersebut. Tetapi bentuk ortografis itu dapat mencerminkan ciri-ciri fonologis
(suprasegmental) tertentu, misalkan sesudah kata pertandingan dapat ada jeda
atau tidak, dan nada suara pada kata tersebut dapat turun atau tidak.[3] Salah satu kajian wacana yang menonjol
melalui kajian referensi dan inferensi. Prinsip penafsiran dapat pula terjadi
melalui penafsiran lokal (temasuk ruang dan waktu), dan prinsip analogi dalam
menafsirkan pengertian (makna) yang terkandung di dalam wacana. Prinsip
penafsiran lokal menyatakan bahwa pesapa tidak membentuk konteks lebih besar
yang diperlukan untuk menafsirkan makna wacana melalui pengunaan akal yang
didasarkan atas pengalamannya. Unsur yang disebut koreferensi dapat berupa
pronomina persona.
PENUTUP
Kesimpulan
Kalimat bukanlah
satuan sintaksis terbesar seperti banyak diduga atau diperhitungkan orang
selama ini. Kalimat atau kalimat-kalimat ternyata hanyalah unsur pembentuk
satuan bahasa yang lebih besar yang disebut wacana. Wacana adalah satuan bahasa
yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau
terbesar.
Untuk membentuk
wacana yang baik maka diperlukan unsur-unsur pembangunnya, seperti tema, unsur
bahasa, konteks, kohesi dan koheren. Wacana juga memiliki jenis yang beragam
sesuai dengan cara penyampaian ataupun situasi yang sedang berlangsung. Dalam
suatu wacana bila kita telaah lebih lanjut kita dapat menganilis wacana
tersebut, bagaimana bentuk ortografis dan ciri-ciri fonologisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. Linguistik
Umum. Jakarta:Rineka Cipta, 2012
Verhaar, J.W.M. Pengantar
Linguistik. Yogyakarta:Gadjah Mada University,1995
Suhaebah, Ebah, dkk. Penyuihan
Sebagai Alat Kohesi dalam Wacana. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,1996
Djajasudarma, Fatimah. Metode
Linguistik. Bandung: PT Refika Adatama,2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar