Mendadak
Jadi Guru atau Menggurui?
Sebuah Tulisan Singkat yang
Agak Sentimentil namun Tetap Berakal
Oleh: Kiki Noffitri
Tulisan ini
berawal dari maraknya berita pernikahan dimedia sosial. Tulisan ini juga muncul
dari kegelisah terhadap berita-berita tersebut. BBM, Fb, Ig, twitter, dll memuat
berita mengenai pernikahan.
Saya tidak
tahu apakah ini dapat disebut berita atau bukan. Menurut kamusnya orang
Indonesia yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia, berita adalah cerita atau
keterangan mengenai kejadian atau peristiwa hangat. Mungkin kita bisa
menyebutnya informasi? Kembali kita menilik kepada KBBI bahwa yang dinamakan
informasi adalah pemberitahuan; kabar atau berita tentang sesuatu.
Lalu,
apa yang saya lihat dimedia sosial? Beberapa teman setelah menikah banyak
mengekspos foto-foto bersama pasangannya. Hal itu tidak menjadi masalah,
mungkin mereka merasa telah menjadi halal sehingga mereka banyak mengekspos
kemesraan dimedia sosial. Aktivitas seperti itu tidak lain adalah untuk berbagi
kebahagian dengan orang lain. Sang pengantin baru ingin berbagi kebahagiaan
dengan orang-orang sekitar mereka. Mereka juga dengan tidak sengaja memberitahu
orang-orang yang belum tahu hubungan mereka. Hal-hal seperti itu positif dan
biasa saja.
Namun,
apa jadinya kalau sang pengantin seketika berubah menjadi guru. Yah, lebih
tepatnya menggurui. Pernah saya buka salah satu media sosial dan dia menuliskan
bahwasanya jodoh tidak jauh dari sekitar kita. Permasalahannya bukan itu, tapi
ia menuliskan “untuk apa pacaran lama-lama, lebih baik kenal beberapa bulan
lalu menikah. Seperti saya yang kenal beberapa bulan lalu suami saya melamar. Lebih
baik langsung menikah saja daripada pacaran berlama-lama”. Mungkin pembaca yang
membaca tulisan ini pernah melihat hal-hal tersebut dimedia sosial, atau bahkan
mendengar secara langsung.
Ya. Saya
setuju apabila dengan tulisan orang tersebut. Barangkali ia ingin mengingatkan
betapa pentingnya menikah daripada pacaran, dan mungkin orang tersebut tahu
bahaya-bahaya berpacaran. Coba lihat dari sisi lain, apakah orang lain juga
memiliki nasib seperti dia? Banyak pula yang berpacaran namun tidak kunjung menikah
karena beberapa alasan bukan karena ingin terus-terusan pacaran. Beberapa alasan
tersebut seperti belum siapnya batin, belum adanya dana, belum mendapatkan
restu, atau lain sebagainya. Adapula yang tidak pernah pacaran dan tak kunjung
menikah. Bukankah jodoh itu sudah ada yang mengatur? Jadi, sebentar lamanya
pacaran, atau tidak pernah pacaran, atau yang baru kenal lalu malamnya langsung
dilamar, sebenarnya sudah diatur. Jadi, tidak bisa menyamaratakan begitu saja. Yuk,
tengok sisi lain dari kehidupan inu bukan tiba-tiba menggurui begitu saja.
Mungkin tidak
sedikit yang sentiment terhadap pernyataan orang tersebut namun tidak sedikit
pula yang setuju. Saya adalah salah satu di antara dua kelompok orang tersebut,
entahlah yang mana. Mungkin pembaca bisa menilainya sendiri melalui tulisan saya
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar